PEMBAHASAN
Perkembangan industri pangan kini semakin berkembang
pesat, menyebabkan kemasan menjadi hal yang penting dalam hal peyimpanan dan
pengiriman. Kemasan merupakan salah satu cara untuk
memberikan perlindungan pada pangan baik dalam bentuk bungkusan maupun
penempatan ke dalam wadah. Hal ini dimaksudkan agar bahan pangan terhindar dari
cemaran mikroorganime, paparan sinar matahari dan lingkungan serta dari gesekan
dan benturan. Sehingga mutu dan keamanan pangan tetap terjaga dan dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Selain
sebagai fungsi pengawetan, kemasan juga dapat berfungsi sebagai sarana promosi
dan menarik konsumen, sebab para konsumen pertama kali menilai suatu produk
dari kemasan yang menarik. Salah satunya adalah yang akan kita lakukan pada praktikum
kali ini yaitu tentang pengalengan buah dan sayur. Pengalengan merupakan salah
satu cara yang efektif untuk pengemasan buah dan sayur karena dengan
pengalengan terdapat perlindungan ganda, dari mulai dilakukannya sortasi,
trimming, washing, blanching, sampai
sterilisasi, dari tahap pengalengan itu
membuat buah dan sayur akan tahan lama apalagi jika setelah pengalengan produk
disimpan di dalam lemari es, maka buah dan sayur dalam kaleng akan tahan dalam
waktu berbulan-bulan bahkan sampai
bertahun-tahun.
Salah satu metode dasar untuk
pengawetan buah dan sayuran adalah pengalengan. Pengalengan merupakan metode utama
pengawetan makanan
dan menjadi
dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan rekontaminasi. Kualitas makanan yang
dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh proses panas tetapi juga metode-metode preparasi,
misalnya preparasi yang
melibatkan
pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam kontainer, dan penjagaan head space di dalam
kaleng dengan penutupan vakum (Luh, 1975).
Pada proses pengalengan buah nanas dan buncis hal yang pertama harus dilakukan
adalah penyiapan bahan, penyiapan bahan baku terdiri dari :
a.
Trimming
Tujuan dari trimming ini adalah
untuk membuang bagian yang tidak dapat dikonsumsi seperti pada nanas yang harus
dibuang yaitu pada bagian atas dan bawah, kulit nanas dan mata nanas hingga
didapat buah nanas yang hanya dapat dikonsumsi. Sedangkan pada buncis yang
harus di trimming yaitu bagian ujung pada buncis dan benang yang biasanya ada pada bagian tengah buncis.
b.
Washing
Setelah dilakukan trimming selanjutnya dilakukan washing
atau pencucian tujuannya adalah untuk membersihkan nanas dan buncis dari
kotoran yang menempel. Biasanya washing dilakukan dengan membasuhnya di air
mengalir agar kotoran yang menempel ikut terbuang, namun selain itu washing
juga dapat dilakukan dengan cara perendaman dan penyemprotan.
c.
Cutting
Cutting dilakukan dengan memotong bagian yang sudah
dilakukan trimming dan washing ke dalam bagian yang lebih kecil dengan bentuk
yang seragam.
Setelah dilakukan penyiapan bahan hal yang selanjutnya
adalah proses pengalengan buah nanas dan buncis, yang harus dilakukan antara
lain :
a.
Pengisian (filling)
Pengisian nanas dan buncis pada jar dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu pada jar menggunakan autoklap
dengan suhu 121°C selama 15-30 menit, setelah disterilisasi baru mengisi jar,
mengisi jar jangan terlalu penuh harus menyisakan space kosong dibagian atas
(headspace). Head space ditujukan agar pada saat sterilisasi masih terdapat
tempat untuk pengembangan isi.
Besar head space haruslah
diperhatikan, jika terlalu kecil akan berbahaya karena ujung kaca bisa pecah
akibat pengembangan isi selama proses pengolahan. Sebaliknya jika head space
terlalu besar udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan oksidasi dan
perubahan warna bahan
yang
dikalengkan.
Dalam proses pengalengan biasanya
dilakukan penambahan medium. Di Indonesia dikenal beberapa macam medium
pengalengan, yaitu bisa berupa larutan garam/kaldu, larutan gula, minyak atau
minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, dan medium berupa saus
tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang
spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas, mendapatkan derajat
keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam
kaleng.
Sedangkan
medium yang kami gunakan pada praktikum pengalengan nanas adalah berupa larutan
gula sebesar 35 derajat brix atau 35 gram gula dan 65 ml air ditambah asam
sitrat 300 ppm atau 300 mg/L. sedangkan medium untuk buncis berupa larutan
kaldu.
b. Exhausting
Dilakukan dalam keadaan jar terbuka
pada penangas air sampai bagian tengah jar terendam air hingga suhu dalam jar mencapai 85°C selama 5-10 menit. Exhausting
dilakukan sebagai langkah untuk blanching atau pematangan buah.
Dalam
pengalengan, blanching diartikan sebagai pemasukan buah atau sayuran ke dalam
air mendidih atau mengukus dalam air mendidih yang berlebih selama periode
waktu tertentu diikuti dengan mecelupkannya dalam air dingin untuk menghentikan
pemasakan. Blanching akan merusak enzim yang mengakibatkan perubahan warna,
flavor dan tekstur. Blanching menghilangkan udara dari makanan sehingga
membuatnya lunak dan lebih mudah ditangani (Anonim, 2007b).
c. Penutupan jar
Tujuan dari penutupan jar ini adalah
untuk menutup jar sedemikian rupa hingga faktor-faktor penyebab kerusakan tidak
ikut masuk ke dalam jar setelah proses sterilisasi. Penutupan jar haruslah
benar-benar rapat, sebab kebocoran dapat merusak produk dalam jar. Selain itu
kebocoran juga harus dihindari agar tidak ada produk yang terbuang. Jadi
setelah jar dibuka perlu diadakan pengujian warna, kenampakan dan baunya, jika
ada penyimpangan bau maka itu merupakan tanda adanya kebusukan, perubahan juga
mungkin terjadi karena reaksi antara produk dan kaleng, apabila kemasan yang
digunakan berupa kaleng.
Namun dalam praktikum kami lebih
memilih menggunakan kemasan jar/botol karena beberapa alasan pertama karena
kaca bersifat lambat bereaksi sehingga aman digunakan pada suhu yang tinggi,
selain itu kaca yang transparan mempermudah pengamatan, tahan terhadap tekanan
dan harganya relatif lebih murah.
Gelas bersifat inert (lambat
bereaksi) terhadap bahan kimia dan hampir tidak bereaksi dengan bahan/produk
yang dikemas. Sifat inert dari bahan gelas memang relatif, namun hampir setiap
bahan gelas tidak bereaksi dan tidak menimbulkan efek dengan bahan kimia.
Kecuali asam hidroflorik berbentuk cair dapat bereaksi dengan cepat pada suhu
kamar (Paine dan Paine, 1992).
d. Sterilisasi
Proses sterilisasi pada pengalengan
ini adalah pemanasan wadah serta isinya untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan penyebab kerusakan pada produk, tetapi tidak sampai merusak
isinya. Yang kami gunakan adalah pemanasan dengan suhu 121°C selama 15 menit.
Seperti yang disebutkan oleh Susanto
(2011) proses komersial pengalengan meliputi proses pencucian, sortasi dan grading, persiapan alat dan bahan, filling, exhausting, container sealing, sterilisasi, cooling, labelling, penyimpanan dan
pengangkutan.
Setelah selesai dalam rangkaian
proses di atas yang selanjutnya dilakukan pendinginan pada suhu ruang untuk
kelompok ganjil dan pendinginan pada suhu dingin oleh kelompok genap. Setelah 7 hari
amati perubahan yang terjadi, apakah hasilnya baik atau sebaliknya.
Jika prosedur pengalengan dilakukan
dengan benar dan sanitasinya diperhatikan maka kerusakan makanan kaleng jarang
terjadi. Seperti hasil praktikum pengalengan yang kami buat, pada pengalengan
nanas maupun buncis tidak terjadi kerusakan pada isinya, keduanya masih terlihat
segar, selain itu aromanya masih baik, bahkan aromanya tercium lebih kuat dari
sebelumnya, sedangkan untuk warna tidak ada perubahan yang signifikan dan dari
segi rasa masih baik walaupun disimpan di suhu ruang, berarti ini menunjukan bahwa
prosedur pengalengan dilakukan dengan baik.
Kerusakan dapat terjadi karena
kesalahan pengolahan atau kebocoran kaleng atau jar. Kerusakan akan menyebabkan
bahan pangan tidak steril, karena kerusakan diakibatkan oleh mikroba. Kerusakan
juga dapat terjadi karena kurang sterilnya wadah.
Makanan kaleng lebih dipilih oleh
ibu yang sibuk karena pemakain makanan kaleng itu lebih praktis dan efesien,
dapat dimakan kapan saja dan dapat dibawa kemana saja, selain itu masa simpan
nya yang panjang sehingga sangat cocok dibawa ketika bepergian.
KESIMPULAN
·
Pengawetan merupakan cara pengawetan bahan pangan
dalam wadah tertutup kedap udara yang telah disterilkan. Cara pengawetan ini
merupakan cara yang umum dilakukan pada buah dan sayur karena bebas dari
kerusakan dan dapat mempertahankan nilai gizi dan cita rasa.
·
Proses pengalengan buah nanas dan buncis terdiri dari
sortasi, trimming, washing, cutting, sterilisasi, filling, exhausting,
penutupan jar dan sterilisasi kembali, penyimpanan
·
Untuk mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan pada makanan
dilakukan sterilisasi suhu panas dengan autoclap 121°C selama 15-30 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Paine,
F.A. dan H.Y. Paine, 1992. Editor. A Handbook of Food Packaging. Second
Edition. Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall. London.
Luh, Bor, S., Woodroof, J.G. 1975. Commercial
Vegetable Processing. The Avi
Publishing
Company, Inc. Connecticut.
Susanto, H. 2011. Canning as a Method
Preserving Fruits and vegetables. http://agroindustriindonesia.com/2011/01/canning-as-a-method-preserving-fruits-and.html.
[10 Maret 2016]